Empat hari telah berlalu dan pilot Susie, Kapten Philip, masih belum diketahui keberadaannya.
Pasukan keamanan sejauh ini mengatakan bahwa kelompok kriminal bersenjata yang dipimpin oleh Iegianos Kogoya bertanggung jawab atas penyanderaan tersebut.
Seperti diketahui, pesawat Susi Air dengan nomor registrasi PK-BVY hilang kontak sesaat setelah mendarat di Bandara Paro Nduga, Pegunungan Papua pada Selasa (2 Juli 2022).
Namun, pesawat ditemukan terbakar di landasan pacu Bandara Barrow County.
Pilot yang berkewarganegaraan Selandia Baru ditahan oleh KKB Papua.
Pasukan keamanan Papua terus mencari sandera sejauh ini.
Kuasa hukum Suzy Air, Donal Freese, mengatakan pihaknya sejauh ini telah menghubungi keluarga pilot Kapten Phillip di Selandia Baru melalui konsulat kedutaan.
Mengutip Kompas TV, Jumat (2/10/2023), Donal Friese mengatakan, “Istri Tayyar Susi juga WNI dan tinggal di Bali. Komunikasi dengan keluarga terus berlanjut.”
Dia mengatakan kurangnya informasi tentang penyanderaan menimbulkan kecurigaan.
Salah satunya adalah apakah Kapten Philip masih menjadi sandera atau tidak.
Pasalnya, pihaknya melihat ada kelompok tertentu yang mengaku menyandera Kapten Philip.
Namun, jika pilot Susi Air benar-benar disandera oleh KKB Papua, ada dua kemungkinan solusi yang ditawarkan.
1. Kebutuhan Arbiter Internasional
Juru bicara Jaringan Damai Papua Jan Christian Warinosi menilai kehadiran mediator internasional mutlak diperlukan dalam situasi penyanderaan di Papua.
Jan Warinusi mengatakan kepada VOA Indonesia, “Kalau orang ini dari Palang Merah Internasional atau organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saya rasa setidaknya keinginan mereka sudah terpenuhi.”
Tetapi untuk tujuan penting, dia berusaha menyelesaikan konflik tersebut. Terutama ketika menyangkut pembebasan pilot yang tidak bersalah.
Jan Warenussi juga mengatakan bahwa media yang dipilih menghadapi tantangan dari kedua belah pihak.
Pertama, moderator harus bisa meyakinkan INA/POLI bahwa ia bisa dipercaya.
Kedua, broker juga merupakan pihak yang dipercaya oleh TPNPB itu sendiri.
Ia menambahkan, “sehingga dapat berperan dalam memfasilitasi komunikasi antara kedua belah pihak.”
Langkah ini bisa berdampak jangka panjang. Peristiwa penyanderaan pilot dan upaya pembebasannya bisa menjadi titik awal langkah ke depan untuk membangun perdamaian di Papua.
Jan Warinoussi kembali menegaskan, “Langkah ini tidak mudah.”
2. Melibatkan tokoh agama dan masyarakat
Pencarian Susi Air Pilatus Porter PC 6/PK-BVY pilot Kapten Phillips Marthin melibatkan tokoh masyarakat dan agama dari tim gabungan TNI-POLI.
Kabid Humas Polda Papua Kombes Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan, keterlibatan tokoh tersebut untuk membuka ruang komunikasi untuk mencari pilot.
Beni berpendapat bahwa melibatkan para pemimpin Papua dapat membantu penelitian ini.
“Kami lebih mengutamakan pendekatan tokoh adat, tokoh masyarakat dan tokoh agama ketimbang pemerintah daerah,” kata Benny dikutip dari YouTube Kompas TV, Jumat (2/10/2023).
“Membantu membuka ruang bagi Polri dan TNI untuk berkomunikasi dengan siapa saja di kawasan Barrow,” kata Benny.
Namun hingga saat ini komunikasi dengan tokoh-tokoh tersebut belum dilakukan dengan baik, kata Benny.
Pasalnya, sebagian warga melarikan diri dari Distrik Barrow setelah KKB menyandera 15 warga sipil.
“Setelah 15 petugas kesehatan setempat dievakuasi, tidak ada kontak sejauh orang meninggalkan kota pada saat yang sama untuk menyelamatkan diri di Kabupaten Nduga.”
“Upaya sedang dilakukan untuk tetap up to date dengan klaim Phillips, tetapi ada batasan komunikasi,” kata Penny.